Postingan

Menampilkan postingan dari 2020
Gambar
Mengeluh Oleh: Sidik Dari apa yang saya dapatkan semalam, guru saya memberikan wejangan bahwasanya mengeluh merupakan suatu bentuk dari ketidakterimaan terhadap apa yang ditakdirkan oleh Allah SWT terhadap diri kita. Namun, di pagi hari yang matahari baru mulai bersiap menyongsong keberkahan sayyidul ayyam saya mendapat pesan masuk melalui aplikasi berbagi pesan WhatsApp dari salah seorang teman baik saya yang mengutarakan standing position dari keluhan seorang manusia. Apa yang disampaikan oleh teman saya jelas vis a vis dengan yang disampaikan guru saya ngaji. Menurutnya, mengeluh merupakan bagian dari kehidupan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain dengan diri kita selaku hamba-Nya. Memang menarik jika kita menimbang secara seksama terkait persoalan mengeluh ini tadi, mengapa demikian? Ya namanya kita juga manusia tak sempurna dan kadang salah. Toh kita juga tidak terlalu berjarak dengan yang namanya mengeluh. Dilihat dari sudut pandang guru saya mengapa mengeluh itu
Gambar
Perenungan Pagi ini: Teladan Semangat Kompetisi Kapitalisme   Oleh: Sidik Pramono Kapitalisme merupakan sistem ekonomi yang banyak digunakan oleh berbagai negara di dunia pada zaman kiwari. Sebagaimana yang tertulis dalam buku Lingkungan Hidup dan Kapitalisme, bahan bakar utama kapitalisme adalah akumulasi modal. Di samping itu, kapitalisme juga menghendaki persaingan sebab jika sebuah kapitalisme berhenti melakukan persaingan dengan kapital lainnya maka, sudah dipastikan akan tersingkir dari persaingan pasar.  Mau tidak mau, suka tidak suka para kapitalis harus selalu bersaing dengan para pesaingnya di pasar nasional atau merambah pada pasar transnasional. Lalu bagaimana jika tidak ada saingan? Masih mengutip buku karya Fred Magdoff dan John Bellamy Foster, jika sebuah perusahaan kapitalisme tidak lagi mempunyai saingan, setidaknya mereka akan membuat saingan sendiri baik itu dengan menciptakan produk untuk bersaing dengan produk yang sudah diproduksi lebih dulu, atau m
Gambar
  Sambat Sa Hari Ini Oleh: Sidik Dalam tulisan yang mungkin untuk sebagian orang menganggap tidak begitu penting atau bahkan merasa phobia setelah membaca tulisan ini. Saya ingin bersambat kepada kamrad semuanya yang budiman. Soal apa yang saya alami pada malam kemarin dan hari ini. Sambatan ini bermula saat diri ini merasa tak kunjung menemui gelora untuk menyelesaikan apa yang telah menjadi tugas lahiriyah seorang anggota lembaga kepenulisan mahasiswa. Pada akhirnya, tergeraklah untuk membagikan keluh dan kesah kepada ibu saya. Salah satu solusi yang ditawarkan beliau adalah dengan me refresh lahiriyah dan batiniyah saya pribadi. Yang beliau dawuhkan adalah untuk mengurai akumulasi kepenatan yang terkumpul selama pandemic ini dan akumulasi sisa-sisa metabolisme yang tidak diperlukan dalam tubuh seperti asam laktat yang menyebabkan tubuh menjadi penat. Dari kepenatan itu akan memunculkan sebuah reaksi yang disebut orang jawa sebagai kemrungsung . Ditambah lagi den
Gambar
Saat Agama Benar-benar Menjadi Candu di Tengah Pandemi  Oleh: Sidik Pramono Ungkapan “Agama adalah candu” yang dilontarkan oleh K.H* Marx, merupakan ungkapan yang terkenal hingga sekarang. Perkataan tersebut juga banyak menuai pro dan kontra di berbagai kalangan. Terlepas dari diterima atau tidak oleh masyarakat, kata-kata tersebut masih bergaung hingga saat ini. Kata-kata yang diungkapkan oleh pria berjenggot tebal ini bukanlah terucap begitu saja tanpa ada yang menyebabkan. Sudah menjadi kepastian bahwa suatu apapun yang menjadi buah pikir manusia tidak lahir pada ruang hampa. Begitu pula, perkataan K.H Marx ini. Kita tidak bisa menyalahkan atau menafikan begitu saja tanpa mencoba menelisik apa sebabnya dia berkata demikian? Dalam konteks yang bagaimana kata-katanya ditujukan? Dan siapa yang mewarnai pikirannya (guru)? Sehingga kita tidak terjebak dalam kefanatikan maupun penolakan buta sekaligus kita dapat menganalisa mana yang baik, mana yang buruk terhadap sebuah piki