Sambat Sa Hari Ini


Oleh: Sidik

Dalam tulisan yang mungkin untuk sebagian orang menganggap tidak begitu penting atau bahkan merasa phobia setelah membaca tulisan ini. Saya ingin bersambat kepada kamrad semuanya yang budiman. Soal apa yang saya alami pada malam kemarin dan hari ini. Sambatan ini bermula saat diri ini merasa tak kunjung menemui gelora untuk menyelesaikan apa yang telah menjadi tugas lahiriyah seorang anggota lembaga kepenulisan mahasiswa.

Pada akhirnya, tergeraklah untuk membagikan keluh dan kesah kepada ibu saya. Salah satu solusi yang ditawarkan beliau adalah dengan merefresh lahiriyah dan batiniyah saya pribadi. Yang beliau dawuhkan adalah untuk mengurai akumulasi kepenatan yang terkumpul selama pandemic ini dan akumulasi sisa-sisa metabolisme yang tidak diperlukan dalam tubuh seperti asam laktat yang menyebabkan tubuh menjadi penat. Dari kepenatan itu akan memunculkan sebuah reaksi yang disebut orang jawa sebagai kemrungsung.

Ditambah lagi dengan pikiran yang selalu ngegasss terusss seperti mobil yang dikemudikan Toretto dalam Fast and Furious 7 kala melewati gedung Etihad di UEA. Benar saja apa yang beliau tuturkan, pasalnya semenjak covid-19 mulai bergentayangan, hormon adrenalin, dopamine, serotonin serta hormone lainnya tidak terkontrol karena kurang berolahraga dan tubuh terforsir saat panen datang. Begitulah diagnosa dari ibu yang sekaligus sebagai guru biologi.

 Selain itu, beliau mengingatkan bahwa suplai oksigen dalam tubuh haruslah terpenuhi sehingga sisa metabolisme yang menumpuk dalam tubuh bisa teruraikan oleh sel-sel yang ada dalam tubuh. Solusinya adalah dengan olah napas (macam yoga) yang beliau sarankan dilakukan setelah salat. Terlebih salat malam. Pada akhir pencurahan kegelisahan, beliau menyarankan untuk lari sembari menikmati keindahan alam. Bukan lari dari kenyataan!!!

Pasca berkeluh kesah, akhrinya saya memutuskan untuk lari pagi. Dari sinilah sambatan yang saya ingin bagikan kepada sedulur pembaca semua. Saya mencoba mengajak para sesepuh yang kebetulan sedang berada di kontrakan untuk berlari pagi bersama. “Koe pengen gering dik?” celetuk Pimpinan Umum LPM Justisia, yang akrab dipanggil Mbah Ruri. Ditimpali beberapa guyonan yang terbit dari mulut-mulut teman sejawat dan senior yang telah mendahului saya dalam lembaga yang saya ikuti saat berkuliah di Semarang.

Ya begitulah dilema bagi seorang yang memiliki postur melampaui ideal seperti saya. Tak berhenti sampai di situ guyonan saya dapatkan lagi sewaktu saya bangun tidur. “Sidik, kalau mau lanjut tidur ndak apa-apa,” kata Kak Yono. Dengan nada datar saya balas dengan jawaban, “Tidak kak. Saya ingin lari pagi.” “Widih… kayak orang kota saja.” Finally, saya memutuskan untuk lari.

Hakikat Omongan Orang

Memang obrolan atau perkataan yang para senior dan teman sejawat yang saya tuliskan di atas merupakan sebuah guyonan yang tak sepatutnya dimasukkan di dalam hati. Tapi namanya juga manusia. Tak sering apa yang dikira orang lain itu sebuah lelucon eh ternyata nyungsep di dalam hati dan ada luka yang menganga macam kawah Gunung Bromo. Amba.

Inti dalam tulisan ini adalah saya hanya memosisikan diri, seperti para pembaca yang mungkin tersinggung dengan guyonan receh macam di atas.

Memang, omongan tonggo atau konco itu lebih menyakitkan daripada ditusuk jarum suntik. Karena bisa saja efeknya besar. Seperti down-nya semangat diri saat akan melakukan suatu hal yang sebenarnya positif atau malah akan muncul dendam bak MU dan Liverpool. Abadi.

So… simple saja man teman, apa yang diucapkan orang lain itu menurut Henry Manampiring dalam Filosofi Teras adalah sebagai hal yang berada di luar kendali kita sebagai manusia. Yang menjadi kendali sepenuhnya dari diri kita adalah apa yang kita lakukan, apa yang kita rasakan, dan apa reaksi terhadap sesuatu yang kita alami. Mudahnya, yang berada dalam kendali itulah yang berlu dikendalikan dan diatur sedemikian rupa, sehingga apa yang akan kita lakukan akan mengenakkan diri kita sendiri. Dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kesehatan, mood, dan metabolisme tubuh menjadi lancar.

Coba saja, kalau kita terlalu pusing dengan apa yang dikatakan orang lain soal hidup kita. Yakin banget deh kita akan merasa asing dengan diri atau hidup kita sendiri. Hingga muncul pertanyaan, sebenarnya ini yang hidup gue atau elu? Ya, jadilah sebagai diri sendiri tanpa memperdulikan apa yang dikatakan orang lain. Namun, bukan berarti kita tidak menggubris sama sekali apa yang dikatakan orang lain. Yang jelas bila ada hal positif dari apa yang dikatakan orang lain sudah sewajarnya kita ambil guna perbaikan dalam menapaki jalan setapak kehidupan.

Sebagaimana petuah orang jawa, bahwa urip iku wang sinawang. Antara orang yang satu dengan orang yang lain hanyalah sebatas saling memandang. Kadang yang kita kira hidupnya enak kenyataannya tidak demikian. Begitupun sebaliknya.

Orang lain dalam hidup kita adalah sebagai penonton (jawa; ndelok). Yang mana ndelok dalam Kerata Basa diartikan sebagai kendel alok. Sebagai mana layaknya penonton, seolah-olah penonton lebih hebat daripada yang melakukan. Contoh mudahnya adalah seorang penonton sepak bola, penonton akan berteriak kala seorang pemain gagal mencetak gol dan akan berucap, harusnya tadi begini… begini… dan begini. Ya, memanglah demikian. Seolah penonton itu melampaui para pakar sepakbola.

Yang jelas, apa yang disabdakan oleh orang lain itu merupakan hal yang berada di luar kendalimu sehingga, semaksimal mungkin usahamu untuk membuat sabda orang lain baik kepadamu itu kadang berakhir sia-sia. Namun, bukan berarti dipukul rata bahwa omongan orang lain tidak perlu didengarkan semua. Itupun juga salah. Bila kita dapat memilah dan menggali letak kebaikan dan menemukan mutiara hikmah dari perkataan tersebut, itu akan jauh lebih baik. Perlu kita pegang benar, adagium orang jawa yang berbunyi, “Ngono yo ngono, ning ojo ngono.”

Akhirnya, saya tutup dengan permohonan tulus agar sambatku hari ini bisa kau terima dengan lapang dada dan semoga ada manfaat yang dapat kita petik bersama. Yakinlah dirimu adalah dirimu sendiri, bukan orang lain.

Semarang, 25 Juni 2020

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini